Perbandingan Sel Hewan dan Tumbuhan
Perbandingan Sel Hewan dan Tumbuhan
Mata Kuliah Biokimia Tanaman
Dosen
Pengampu
Adinda
Nurul Huda M, SP, M.SI dan Inti Mulyo Arti, S.PT, M.SC
Disusun Oleh: kelompok
lima
Nur
Futri salsabila Febriani
(48416510)
Resti
Lestari
(48416513)
Sobarulloh
(48416517)
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
UNIVESITAS GUNADARMA
JAKARTA
2017
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ilmiah tentang perbandingan sel hewan dan sel tumbuhan.
Laporan ilmiah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semogalaporan
ilmiah tentangperbandingan sel hewan dan sel tumbuhan ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Satwa primata memiliki struktur anatomi, fisiologi
tubuh dan tingkah laku primata yang menyerupai manusia. Oleh karena itu, satwa
primata banyak digunakan dalam berbagai jenis penelitian seperti penyakit
poliomielitis, hepatitis B, malaria, kanker, herpes genital, lepra, AIDS,
penyakit metabolik dan juga bermanfaat bagi penelitian farmasi, toksikologi,
fisiologi reproduksi, perilaku dan lain sebagainya (Sulaksono, 2007).
1.2.Tujuan
-mengetahui perbedaan sel hewan dan tumbuhan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Monyet
Monyet ekor panjang (MEP) dengan
nama latin Macaca fascicularis, merupakan salah satu satwa primata yang
banyak digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan neuroscience,
imunologi, bedah, toksikologi, farmakologi dan sebagai hewan percobaan pada uji
coba penerbangan ke luar angkasa (Bonadio, 2000). Otak merupakan salah satu organ
penting yang mengatur hampir semua aktivitas tubuh. Otak berperan untuk menerima
informasi yang datang, memproses, kemudian menyampaikan tanggapan ke efektor, selain
itu juga merupakan tempat penyimpanan memori dalam proses pembelajaran. Wilayah
utama otak dewasa adalah: serebrum, diensefalon (talamus dan hipotalamus),
mesensefalon, pons, medula oblongata, dan serebelum (Muller and O'Rahilly,
2004). Pada awal perkembangan, otak terdiri atas tiga vesikel utama, yaitu
vesikel otak depan, vesikel otak tengah dan vesikel otak belakang. Vesikel otak
depan berkembang menjadi otak depan (prosencephalon atau forebrain),
vesikel otak tengah membentuk otak tengah (mesencephalon atau midbrain)
dan vesikel otak belakang membentuk otak belakang (rhombensephalon atau hindbrain)
(Boon and de Montfort, 2004). Otak depan berkembang membentuk telensefalon dan
diensefalon. Telensefalon merupakan hemifer serebri sederhana, dan diensefalon
adalah calon vesikel mata. Otak belakang membentuk metensefalon dan myelensefalon.
Metensefalon membentuk serebelum dan pons, sedangkan myelensefalon
berkembang menjadi medulla oblongata (Snell, 1996). Metensefalon
berdiferensiasi menjadi dua
struktur utama, yaitu serebelum dibagian dorsal yang berfungsi sebagai
pusat koordinasi untuk sikap dan gerakan, dan pons di bagian ventral yang
berperan sebagai jalan lintas serabut-serabut saraf antara medula spinalis,
korteks serebrum dan korteks serebellum (Sandler, 1988). Serebelum terletak di
dorsal medula oblongata dan pons, dan merupakan bagian terbesar otak belakang. Serebelum
terletak dalam fossa cranialis posterior dan tertutupi oleh tentorium serebelum
di superior (Burt, 1993; Snell, 1996). Sebelum bersama-sama dengan ganglia
basalis memegang peranan penting dalam pengaturan gerakan tubuh. Serebelum
berfungsi dalam memelihara keseimbangan dan koordinasi kontraksi otot dengan
cara memastikan terjadinya sinkronisasi antara gerakan kontraksi dan relaksasi otot-otot
yang berbeda pada saat yang tepat sehingga terjadi gerakan yang diinginkan
(Kiernan, 1998). Pembagian serebelum berdasarkan letaknya meliputi bagian median
disebut vermis dan bagian lateral disebut hemisfer serebelum. Sedangkan,
berdasarkan lobusnya, serebelum dibagi menjadi lobus anterior, lobus posterior
(tengah), dan lobus flokulonodular (Noback and Demarest, 1995). Adapun
klasifikasi monyet berekor panjang adalah sebagai berikut:
Kerajaan:
|
Animalia
|
Filum:
|
Chordata
|
Kelas:
|
Mammalia
|
Ordo:
|
Primata
|
Famili:
|
Cercopithecidae
|
Genus:
|
Macaca
|
Spesies:
|
M. fascicularis
|
2.2Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)
Buah lindur (B.
gymnorrhiza), yang dikenal dengan berbagai nama lokal tumu, tanjang, putut,
tongke, dan kandeka merupakan salah satu buah dari tumbuhan mangrove berdaun
besar. Ketinggian tumbuhan lindur dapat mencapai 30 m. Pohon lindur memiliki
akar papan dan akar lutut, melebar ke samping di bagian pangkal pohon. Kulit
kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua
sampai cokelat. Daun berbentuk elips dengan ujung meruncing, berwarna hijau
pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak
hitam (Glen 2005). Menurut Duke et al (2006) klasifikasi buah lindur adalah
sebagai berikut :
Kingdom: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family: Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Species: Bruguiera
gymnorrhiza
Buah lindur berwarna hijau dengan kelopak
bunga di ujung buah yang berwarna merah, hipokotil buah berbentuk silinder
memanjang 12-30 cm dengan diameter 1,5-2 cm. B. gymnorrhiza tersebar di daerah
tropis Afrika Selatan dan Timur dan Madagaskar, ke Asia Tenggara dan Selatan
(termasuk Indonesia dan negara di kawasan Malaysia), sampai timur laut
Australia, Mikronesia, Polinesia and kepulauan Ryukyu (Duke et al.2006).
Tanaman lindur mampu membantu menstabilkan tanah, melindungi pantai, dan
sebagai habitat aneka fauna. Kayunya dapat digunakan sebagai kayu bakar dan
untuk membuat arang. Pepagan (kulit batang) dimanfaatkan sebagai bahan penyamak
kulit dan pengawet jala ikan yang baik karena mengandung taninrata-rata antara
28,5 – 32,2% (Glen 2005). Selain itu penduduk Solomon memanfaatkan papagan
untuk menyembuhkan luka bakar. Di pulau-pulau kecil Indonesia digunakan untuk
mengobati diare dan demam, sementara di Kamboja dimanfaatkan sebagai anti
malaria (Duke et al. 2006). Penduduk di pulau-pulau terpencil memanfatkan daun
mudanya sebagai lalap atau sayuran. Bagian dalam hipokotil buah lindur dapat
dimakan (manisan kandeka), dicampur dengan gula. Penduduk Indonesia bagian
timur memanfaatkan buah lindur sebagai sumber pangan saat musim paceklik tiba
(Glen 2005).
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1. Sel Hewan
Gambar 1. Serebelum fetus Macaca
fascicularis berumur 55 hari dengan pemotongan sagital diwarnai dengan cresyl
violet menggambarkan calon-calon fisur dan calon-calon lobus yang belum
tampak jelas.
Daerah korteks dan medula serebelum juga mulai terlihat. A. Korteks. B.
Medula. I. Bakal lobus anterior. II. Bakal lobus posterior. III. Bakal lobus
flokulonodular. 1. Bakal fisur prima. 2. Bakal
fisur
posterolateral
3.2. Sel Tumbuhan
Salah satu bagian yang penting pada tumbuhan untuk melakukan fotosintesis adalah daun. Daun mengandung sejumlah besar zat
berwarna hijau yang disebut klorofil. Bagian – bagian daun biasanya terdiri
atas pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
Berdasarkan Gambar di atas diketahui bahwa warna daun bagian atas tampak lebih
cerah dan mengkilap dibandingkan dengan bagian bawah daun. Hal ini sesuai
dengan pernyataan
Tjitrosoepomo
(1996) bahwa pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau, licin,
atau mengkilap jika dibandingkan dengan sisi bawah daun.
|
Dari keempat
gambar di atas bisa di lihat memiliki perbedaan yang sangat jauh antara sel
tumbuhan dan sel hewan,di antaranya bentuk sel hewan lebih berfariasi
dikarnakan sifat sel dari sel hewan yang fleksibel di banding sel tumbuhan yang
memiliki dinding sel sehingga tidak dapat berubah bebtuk seperti sel hewan. Beberapa
perbedaan lainnya seperti
No.
|
Sel Tumbuhan
|
Sel Hewan
|
1.
|
Tidak ada sentriol
|
Terdapat sentriol
|
2.
|
Terdapat sitokenesis
|
Tidak ada pembentukan dinding sel
|
3.
|
Tidak ada pembatasan pertumbuhan
|
Terdapat batasan pertumbuhan
|
4.
|
Sel lebih besar
|
Sel lebih kecil
|
5.
|
Mempunyai sentrosom
|
Tidak mempunyai sentrosom dan sentriol
|
6.
|
Memiliki plastid
|
Tidak memiliki plastid
|
7.
|
Memiliki vakuola
|
Vakuola kecil
|
8.
|
Memiliki membrane sel
|
Tidak ada mebran sel
|
9.
|
Tidak memiliki lisosom
|
Memiliki lisosom
|
BAB
IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Melihat
kedua hasil gambar kita bisa menilai perbedaan di antara kedua sel tersebut
yaitu sel tumbuhan memiliki dinding sel sehingga tidak memiliki bentuk-bentuk
yang bervariasi,tidak seperti sel hewan yang dapat berubah ubah bentuk dapat di
lihat dari gambar sample sel hewan yaitu gambar sel musang atau luwak tersebut.
4.2. Saran
Memakai
lebih banyak lagi sample dan memperbanyak membaca jurnal dan makalah sel hewan
maupun tumbuhan untuk menambah wawasan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Bonadio, C. (2000) Macaca fascicularis, Long Tailed
M a c a q u e . A n i m a l D i v e r s i t y
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Macaca_fascicularis.html.
[16 Januari 2010].
Boon, R. and
de Montfort, G. (2004) Stages of Brain D e v e l o p m e n t .
http://www.learningdiscoveries.com.au/StagesofBrainDevelopment.html.
[9 Juli 2009].
Burt, A. M. (1993) Textbook of Neuroanatomy. W. B.
Saundes Company, United State America.
4, 348.
Kiernan,
J. A. (1998) Barrs The Human Nervous System: an Anatomical Viewpoint 7th
edtion. Lippincott Raven Publishers, Philadelphia. 196-203.
Noback, C. R. and Demarest, R. J. (1995) Anatomi
Susunan Saraf Manusia, Prinsip-prinso Dasar
.
Snell, R. S. (1996) Neuroanatomi
Klinik. Penerjemah Maulany. Judul buku asli: Clinical Neuroanatomy for Medical
Students 2nd edition. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. 223-230.
Sulaksono, M.
E. (1994) Peranan Primatologi dalam Mengembangkan Ilmu Kedokteran dan Biologi..
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan/Departemen Kesehatan RI, Jakarta
[25 April 2010].
Komentar
Posting Komentar